Di usianya yang tidak lagi dibilang muda, Icha sangat bersemangat meraih gelar doktornya di dua bidang ilmu yang berbeda yakni Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) dan Fakultas Hukum (FH) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Baginya mencari pengetahuan itu tidak mengenal batasan usia. Icha tak pernah membayangkan akan kuliah di Jogja.
“Jadi ceritanya, dulu waktu masih kuliah di Ohio, AS, saya bersahabat dengan Elis. Dia cerita semua yang indah mengenai Jogja, dan itu membuat saya tertarik untuk menjadi bagian dari Jogja. Saya rayu suami juga untuk kuliah lagi. Akhirnya kami berdua menjadi bagian dari civitas akademika UGM,” ujarnya kepada Kabare.

“Yang paling seru waktu saya kuliah di manapun, tidak ada dosen yang juga bisa membatik. Hanya di Jogja ada seorang dosen saya yang bisa membatik,” jelasnya sambil tersenyum.
Pada awal kehadirannya di dunia hiburan, Icha memang dikenal sebagai aktris dan kemudian melebarkan sayap menjadi seorang sutradara, produser film. Terakhir, perempuan kelahiran Balikpapan, 15 Oktober 1962, ini menjajaki dunia politik. Dunia itu rupanya mencuri hati Icha. Kehadiran Icha di politik bisa dikatakan tidak sengaja. Pertemuannya dengan Megawati Soekarnoputri di New York, AS, akhirnya membawanya menjajaki dunia politik dengan bergabung pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Karier politiknya langsung melesat ketika bergabung dengan partai itu dan terpilih sebagai anggota DPR-RI pada tahun 2004. Sebagai pendatang baru di kancah perpolitikan Indonesia, Marissa Haque yang saat itu masih studi di Ohio, Amerika Serikat, berhasil muncul ke permukaan jagad politik Indonesia dengan mendulang suara yang cukup tinggi.
Setelah tidak lagi bergabung dengan PDIP, Icha pun resmi masuk ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain itu, Icha pun sibuk menekuni kesibukannya dalam menyelesaikan studinya di UGM serta menerima tawaran dari sebuah universitas di Jakarta untuk menjadi speech therapist (ahli kewicaraan) dengan kekhususan anak-anak tunarungu dengan metode the American Sign Language. Icha kini juga tengah menyelesaikan bukunya yang berjudul “N, Bukan Sekedar Satu Huruf” yang terinspirasi dari pengalamannya di dunia politik.
“Jadi, karena aku bisa lihat kutu (satu huruf N-red) itu, kuliahku di Universitas Katolik Atmajaya, Fakultas Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI), jurusan Psycholinguistics itu benar-benar terpakai,” ujarnya. Icha mengatakan jika kini dirinya sudah tidak terlalu aktif dalam partai lagi. “Saya mengalir saja. Tapi belakangan, saya berpikir, mungkin suatu saat akan pamit dari PPP untuk membantu suami. Tapi saya nggak aktif. Pamit aja, karena nggak lucu satu rumah dua partai, hahahaa..,” pungkasnya sambil tergelak.
Della Yuanita; Foto: Budi Prast
Sumebr: http://kabaremagazine.net/2011/05/marissa-haque-fawzi-sh-saya-ingin-pamit/